Nusa Dua, 6 Desember 2013. Jelang berakhirnya sidang WTO kebuntuan negosiasi tentang Paket Bali masih berlanjut. Dimotori India dan sejumlah negara Afrika masih mempersoalkan isu tentang kemudahan perdagangan ( trade fasilitation) isu-isu pertanian dan pembangunan bagi negara-negara kurang berkembang ( LDCs).
Kebuntuan ini disambut baik oleh masyarakat sipil
yang tergabung dalam Indonesia People Alliance yang tengah juga melakukan
kegiatan di PGC. Ahmad SH juru bicara IPA menyatakan bahwa kebuntuan ini
membuktikan tarik menarik kepentingan nasional masing-masing negara yang
semakin kuat. “Ini bicara soal kedaulatan, menyediakan dan memenuhi pangan untuk
dalam negeri adalah bentuk perlawana terhadap agenda liberalisasi WTO. Jelas
dengan ini membuktikan bahwa tidak ada yang dapat dipertahankan, oleh karenanya
sejalan dengan tuntutan IPA bahwa WTO harus di bubarkan”. Tambah Ahmad
Dalam konferensi pers pagi ini, dijelaskan bahwa
kebuntuan dalam negosiasi ini memungkinkan perundingan akan berlangsung lebih
lama dari yang diperkirakan. Irhash Ahmady dari Wahana LIngkungan Hidup
Indonesia yang juga anggota IPA menyatakan bahwa apa yang dilakukan India
merupakan konsep dari perdagangan yang mengabdi kepada rakyat. Memberikan
jaminan dan perlindungan negara terhadap rakyatnya. Hal ini sungguh berbeda
dengan Gita W sebagai ketua delegasi Indonesia, upaya lobi kepada India yang
dilakukan adalah tindakan yang memalukan bangsa dan rakyat Indonesia. “
Indonesia semestinya mengikuti langka India dan menjadi bagian dari negara
berkembang menghadapi tekanan negara Utara khususnya Amerika, ini malah jadi
pelobby AS terhadap India untuk dapat menyepakati Paket Bali” tandasnya.
Indonesia People Alliance yang juga sedang
mengadakan kegiatan di People Global Camp /PGC menyambut kebuntuan ini dengan
menyerukan tekanan dan aksi massa di seluruh daerah di Indonesia. Khusus bagi
wilayah yang memiliki kantor perwakilan negara maju di Indonesia akan dikepung
oleh massa dan menuntut pembubaran WTO. Rudi HB Daman sebagai Steering Comitte
PGC IPA yang juga Ketua Gabungan Serikat Buruh Independen/GSBI menyatakan,
momentum ini juga menjadi jalan persatuan bagi rakyat dunia untuk melawan agenda
Libelasasi dan harus menolak Paket Bali sebagai jalan keluar krisis ekonomi di
Negara Maju terutama AS. “Tidak ada lagi negosiasi dalam WTO, Hentikan Lobi
yang dilakukan delegasi Indonesia kepada India dan bangun solidaritas antar
negara berkembang dengan semangat Dasa Sila Bandung”, tandas Rudi.
Pada hari terakhir kegiatan PGC di Bali, IPA
sendiri melaksanakan kegiatan aksi massa di depan Konjen AS, diperkirakan lebih
dari 1000 massa akan menduduki konjen AS di Bali, Medan, Jakarta, Makasar
sedangkan aksi lain juga berlangsung di 34 Kota/Kabupaten di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar